21.00, Senin 20/20/2012
Lahirnya Agama Kristen
Katedral Di Jakarta |
Agama Kristen bermula dari pengajaran Yesus Kristus sebagai tokoh utama
agama ini. Yesus lahir di kota Betlehem yang terletak di Palestina
sekitar tahun 4-8 SM, pada masa kekuasaan raja Herodes. Yesus lahir dari
rahim seorang wanita perawan, Maria,
yang dikandung oleh Roh Kudus. Sejak usia tiga puluh tahun, selama tiga
tahun Yesus berkhotbah dan berbuat mukjizat pada banyak orang, bersama
keduabelas rasulnya. Yesus yang semakin populer dibenci oleh orang-orang
Farisi, yang kemudian berkomplot untuk menyalibkan Yesus. Yesus wafat
di salib pada usia 33 tahun dan bangkit
dari kubur pada hari yang ketiga setelah kematiannya. Setelah
kebangkitannya, Yesus masih tinggal di dunia sekitar empat puluh hari
lamanya, sebelum kemudian naik ke surga.
Gereja Mula-mula
Setelah naiknya Yesus Kristus ke surga, rasul-rasul mulai menyebarkan
ajaran Yesus ke mana-mana, dan sebagai hasilnya, jemaat pertama
Kristen, sejumlah sekitar tiga ribu orang, dibaptis. Namun, pada
masa-masa awal berdirinya, agama Kristen cenderung dianggap sebagai
ancaman hingga terus-menerus dikejar dan dianiaya oleh pemerintah Romawi
saat itu. Banyak bapa Gereja yang menjadi korban kekezaman kekaisaran
Romawi dengan menjadi martir, yaitu rela disiksa maupun dihukum mati
demi mempertahankan imannya, salah satu contohnya adalah Ignatius dari
Antiokia yang dihukum mati dengan dijadikan makanan singa.
Saat itu, kepercayaan yang berkembang di Romawi adalah paganisme, di
mana terdapat konsep ‘balas jasa langsung’. Namun dengan gencarnya para
rasul menyebarkan ajaran Kristen, perlahan agama ini mulai berkembang
jumlahnya, sehingga pemerintah Romawi semakin terancam oleh keberadaan
agama Kristen. Romawi pun berusaha menekan, dan bahkan melarang agama
Kristen, karena umat Kristen saat itu tidak mau menyembah Kaisar, dan
hal ini menyulitkan kekuasaan Romawi. Selain itu, paganisme dan
ramalan-ramalan yang sejak zaman Republik sudah dipakai sebagai
alat-alat propaganda dan pembenaran segala tingkah laku penguasa atau
alasan kegagalan penguasa, sudah tidak efektif lagi dengan keberadaan
agama Kristen. Maka, pada masa-masa ini, banyak umat Kristen yang
dibunuh sebagai usaha pemerintah Romawi untuk menumpas agama Kristen.
Penyebar utama agama Kristen pada masa itu adalah Rasul Paulus, yang
paling gencar menyebarkan ajaran Kristen ke berbagai pelosok dunia.
Masa Kegelapan
Pada masa inilah, datang masa-masa kegelapan (192-284), mulai dari
Kaisar Commodus hingga Kaisar Diocletian. Pada masa inilah orang-orang
masa itu kehilangan kepercayaan terhadap konsep balas jasa langsung yang
dianut di Paganisme, sehingga agama Kristen pun semakin diminati.
Hingga akhirnya pada tahun 313, Kaisar Konstantinus melegalkan agama
Kristen dan bahkan minta untuk dipermandikan, dan 80 tahun setelahnya,
Kaisar Theodosius melarang segala bentuk paganisme dan menetapkan agama
Kristen sebagai agama negara.
Sebagai agama resmi negara Kekristenan menyebar dengan sangat cepat.
Namun Gereja juga mulai terpecah-pecah dengan munculnya berbagai aliran
(bidaah). Salah satu upaya untuk menekan bidaah adalah dengan
diadakannya Konsili Nicea
yang pertama pada tahun 325 M. Konsili Nicea mencetuskan pengakuan iman
umat Kristen keseluruhan pertama kali, sebagai tanda persatuan Kristen
universal yang dibedakan dari umat-umat Kristen yang bidaah. Salah satu
contohnya adalah bidaah Arianisme, yang merupakan salah satu krisis
bidaah terbesar saat itu yang menjadi alasan utama diadakannya Konsili
Nicea yang pertama.
Ketika Kerajaan Romawi runtuh dan tercerai-berai, Gereja Kristen
tetap bertahan. Pada abad ke-11 terjadilah Perang Salib, di mana
kekezaman prajurit perang salib menjadi sejarah kelam Kristen yang
hingga kini masih banyak disesali. Perang Salib adalah perang agama
antara Kristen dan Islam. Dicetuskan pertama kali oleh Paus Urbanus II, Perang Salib I
bertujuan merebut kembali kota suci Yerusalem dari kekuasaan Islam,
yang merupakan tempat penting umat Kristen sebagai tujuan ziarah saat
itu.
Sementara itu, bagian timur dari Kerajaan Romawi, bertahan sebagai
Gereja yang disebut Yunani atau Ortodoks, yang mewartakan kabar gembira
di Rusia dan memisahkan diri dari belahan barat yang berada di bawah
pimpinan Gereja Roma. Pemisahan ini terjadi pada tahun 1054.
Sementara itu, pada tahun 1460 penemuan percetakan oleh Gutenberg
membuat Kitab Suci terjangkau bagi semua orang. Sebelumnya, Kitab Suci
dibatasi oleh Gereja kepada umat dengan tujuan untuk menekan bidaah yang
merupakan salah satu krisis besar dalam tubuh Gereja saat itu. Kitab
Suci hanya dibacakan di Gereja dan menjadi sumber kotbah.
Saat itu, banyak pihak-pihak tidak bertanggungjawab memanfaatkan
kedudukan di dalam Gereja Barat (Katolik) sebagai sumber kekuasaan,
sehingga secara tidak langsung mencoreng nama baik Gereja.
Pejabat-pejabat tinggi di dalam Gereja semakin terpengaruh untuk
mementingkan kepentingan duniawi sehingga semakin menyeleweng dari
ajaran dasar Gereja Katolik. Banyak oknum yang menduduki posisi penting
di dalam Gereja menggunakan kekuasaannya secara semena-mena sehingga
merugikan banyak umat saat itu. Hal ini membuat banyak umat Kristen
kecewa dan memprotes serta menuntut pembaharuan. Banyak umat yang
berpikir bahwa salah satu cara mendatangkan pembaharuan di dalam Gereja
ialah dengan memberikan Kitab Suci kepada semua orang.
Perpecahan
Puncak dari penyalahgunaan ajaran Gereja diawali dengan jual beli
surat indulgensia. Praktik ini sendiri sesungguhnya bertentangan dengan
ajaran iman Gereja Katolik. Martin Luther, seorang rahib, memutuskan
untuk melakukan pembaharuan dengan melakukan pemberontakan terhadap
Gereja Katolik dengan memakukan 95 dalil Luther di pintu Gereja Kastil
di Wittenberg, Jerman, 31 Oktober 1517, dan membangun gereja tandingan
baru. Sedangkan Ignatius Loyola,
pendiri ordo Jesuit dalam Gereja Katolik, berusaha melakukan
pembaharuan dari dalam, salah satunya adalah dengan memberikan
pendidikan teologi Kristen yang ketat kepada para klerus, terutama dalam
kepatuhan penuh pada otoritas dan ajaran Gereja, agar praktek korup
dalam Gereja berkurang dan tidak menjadi-jadi. Konsili Trente merupakan
konsili yang diadakan sebagai reaksi dari reformasi Martin Luther, di
mana reformasi Martin Luther dianggap oleh Gereja Katolik sebagai
tindakan yang memperparah kondisi kekristenan. Dalam Konsili Trente-lah
ajaran iman Gereja Katolik dipertegas (termasuk kanonisasi terakhir
Alkitab Katolik) demi menekan dan mengurangi berbagai macam
penyalahgunaan yang sewenang-wenang dalam tubuh Gereja.
Ketika Martin Luther menerjemahkan Kitab Suci menjadi bahasa Jerman,
pengikut-pengikutnya mulai memiliki pandangan yang berbeda-beda akan
Kitab Suci tersebut, lalu terjadilah pertentangan penafsiran antara umat
satu dengan yang lain, salah satu kasusnya adalah pertentangan antara
denominasi protestan reformed-nya Zwingli dan denominasi anabaptis,
reformed-nya Calvinis dengan Arminian, dan masih banyak lagi. Inilah
yang membuat agama Kristen Protestan sekarang banyak terbagi-bagi lagi
menjadi denominasi-denominasi lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar