(Di Queenz Plaza
di stasion trem bawah tanah
ada tulisan di satu temboknya:
“Rick dari Corona telah di sini.
Di mana engkau, Betsy?”)
Ya.
Rick dari Corona telah di sini.
Di mana engkau, Betsy?
- Akulah Betsy
Ini aku di sini.
Bestsy Wong dari Jamaica.
Kakek buyutku dari Hongkong.
Suamiku penjaga elevator
Pedro Gonzales dari Puertorico
suka mabuk dan suka berdusta.
Kalau ingin ketemu, telepon saja aku.
Pagi hari aku kerja di pabrik roti
Selasa dan Kamis sore
aku miliknya Mickey Ragolsky
si kakek Polandia
yang membayar sewa kamarku.
Cobalah telpon hari Rabu.
Jangan kuatirkan suamiku.
Ia akan pura-pura tak tahu.
O, ya, sebelum lupa:
dua puluh dollar ongkosnya.
Betsyku bersih dan putih sekali
lunak dan halus bagaikan karet busa.
Rambutnya mewah tergerai
bagai berkas benang-benang rayon warna emas.
Dan kakinya sempurna.
Singsat dan licin
bagaikan ikan salmon
(Rick dari Corona
di perut kota New York
memandang kanan kiri
sambil minum jeruk soda)
Betsy.
Di mana engkau, Betsy?
- Ini, Betsy Hudson di sini.
aku merindukan alam hijau
tapi benci agraria.
Aku percaya pada dongeng aneka ragam
Aku percaya pada benua Atlantis.
Dan juga percaya bahwa hidup di bulan
lebih baik dari hidup di bumi.
Pada politik aku tak percaya.
Namaku Betsy.
Memang.
Tapi kita tak mungkin ketemu
Siang hari aku kerja jadi akuntan.
Malam hari aku suka nulis buku harian.
Untuk merias diri
memelihara rambut dan kuku
telah pula memakan waktu.
Namaku Betsy.
Cantik
Aku suka telanjang di depan kaca.
Aku benci lelaki.
(Dengan mobil sport dari Inggris
Rick dari Corona
mengitari kota New York
berkacamata hitam sekali.
Melanggar aturan lalu lintas
ia disetop polisi
sambil masih mimpi siang hari)
Betsy gemerlapan bagai lampu-lampu Broadway.
Betsy terbang dengan indah.
Bau minyak wanginya menidurkan New York
Dan selalu sesudah itu
aku diselimutinya
dengan selimut katun
yang ditenunnya sendiri
Betsy, di mana engkau, Betsy.
- Di sini, bodoh!
Kau selalu tak mendengarkan aku, Ricky!
Kau selalu menciptakan kekusutan.
Sepatu tak pernah kauletakkan pada raknya.
Selalu kau pakai dasi yang kacau warnanya.
Berapa kali pula kau kuperingatkan
kalau tidur jangan mendengkur.
Itu barbar.
Dan Ricky!
Kau harus belajar makan sup yang lebih sopan!
(New York mengangkang.
Keras dan angkuh.
Semen dan baja.
Dingin dan teguh.
Adapun di tengah-tengah cahaya lampu gemerlapan
terdengar musik gelisah
yang tentu saja
tak berarti apa-apa)
Rick dari Corona telah di sini
Ya. Ya.
Betsy, engkau di mana?
- Ricky, sayang, aku di sini.
Ya. Ya.
+ Engkau hitam.
Engkau bukan Betsy.
Engkau macam Negro dari Harlem.
- Pegang pinggulku
Rasakan betapa lunak dan penuhnya.
Namaku Betsy. Ya. Ya.
+ Gadisku selalu menjawab dengan sabar
segala pertanyaanku yang bodoh dan sangsi.
- Aku Betsy kerna aku Negro.
Kerna aku Negro
aku adalah tanggung jawabmu.
Ya, namaku Betsy.
Telah kuputuskan namaku Betsy
+ Apyun. Apyun.
Aku hasratkan pengalaman mistis.
Aku ingin melukis tubuhmu telanjang.
sambil kuhisap mariyuana.
- Ricky, sayang, engkau akan kuninabobokan.
Dan bagai bayi akan kau puja tetekku.
+ Dari Queens. Dari Brooklyn. Dan dari Manhattan….
- Ricky, sayang, garudaku sayang.
+ Sebab irama combo, sebab buaian saxophone…
- Pejamkan matamu.
Dan bagaikan banyo
mainkanlah aku
(Di Harlem, Manhattan, New York
di mana orang tinggal penuh sesak
di mana udara bau air kencing dan sampah
di musim panas dengan udara sembilan puluh lima drajat
para Negro menari watusi di tepi jalan
dan pada drajat ke seratus dua
terjadi perkelahian antara mereka).
Hallo. Hallo.
Di sini Rick dari Corona.
Dan Betsy juga di sini…
Hallo, Dokter.
Kami harus disuntik sekarang juga.
Kami kena rajasinga.
di stasion trem bawah tanah
ada tulisan di satu temboknya:
“Rick dari Corona telah di sini.
Di mana engkau, Betsy?”)
Ya.
Rick dari Corona telah di sini.
Di mana engkau, Betsy?
- Akulah Betsy
Ini aku di sini.
Bestsy Wong dari Jamaica.
Kakek buyutku dari Hongkong.
Suamiku penjaga elevator
Pedro Gonzales dari Puertorico
suka mabuk dan suka berdusta.
Kalau ingin ketemu, telepon saja aku.
Pagi hari aku kerja di pabrik roti
Selasa dan Kamis sore
aku miliknya Mickey Ragolsky
si kakek Polandia
yang membayar sewa kamarku.
Cobalah telpon hari Rabu.
Jangan kuatirkan suamiku.
Ia akan pura-pura tak tahu.
O, ya, sebelum lupa:
dua puluh dollar ongkosnya.
Betsyku bersih dan putih sekali
lunak dan halus bagaikan karet busa.
Rambutnya mewah tergerai
bagai berkas benang-benang rayon warna emas.
Dan kakinya sempurna.
Singsat dan licin
bagaikan ikan salmon
(Rick dari Corona
di perut kota New York
memandang kanan kiri
sambil minum jeruk soda)
Betsy.
Di mana engkau, Betsy?
- Ini, Betsy Hudson di sini.
aku merindukan alam hijau
tapi benci agraria.
Aku percaya pada dongeng aneka ragam
Aku percaya pada benua Atlantis.
Dan juga percaya bahwa hidup di bulan
lebih baik dari hidup di bumi.
Pada politik aku tak percaya.
Namaku Betsy.
Memang.
Tapi kita tak mungkin ketemu
Siang hari aku kerja jadi akuntan.
Malam hari aku suka nulis buku harian.
Untuk merias diri
memelihara rambut dan kuku
telah pula memakan waktu.
Namaku Betsy.
Cantik
Aku suka telanjang di depan kaca.
Aku benci lelaki.
(Dengan mobil sport dari Inggris
Rick dari Corona
mengitari kota New York
berkacamata hitam sekali.
Melanggar aturan lalu lintas
ia disetop polisi
sambil masih mimpi siang hari)
Betsy gemerlapan bagai lampu-lampu Broadway.
Betsy terbang dengan indah.
Bau minyak wanginya menidurkan New York
Dan selalu sesudah itu
aku diselimutinya
dengan selimut katun
yang ditenunnya sendiri
Betsy, di mana engkau, Betsy.
- Di sini, bodoh!
Kau selalu tak mendengarkan aku, Ricky!
Kau selalu menciptakan kekusutan.
Sepatu tak pernah kauletakkan pada raknya.
Selalu kau pakai dasi yang kacau warnanya.
Berapa kali pula kau kuperingatkan
kalau tidur jangan mendengkur.
Itu barbar.
Dan Ricky!
Kau harus belajar makan sup yang lebih sopan!
(New York mengangkang.
Keras dan angkuh.
Semen dan baja.
Dingin dan teguh.
Adapun di tengah-tengah cahaya lampu gemerlapan
terdengar musik gelisah
yang tentu saja
tak berarti apa-apa)
Rick dari Corona telah di sini
Ya. Ya.
Betsy, engkau di mana?
- Ricky, sayang, aku di sini.
Ya. Ya.
+ Engkau hitam.
Engkau bukan Betsy.
Engkau macam Negro dari Harlem.
- Pegang pinggulku
Rasakan betapa lunak dan penuhnya.
Namaku Betsy. Ya. Ya.
+ Gadisku selalu menjawab dengan sabar
segala pertanyaanku yang bodoh dan sangsi.
- Aku Betsy kerna aku Negro.
Kerna aku Negro
aku adalah tanggung jawabmu.
Ya, namaku Betsy.
Telah kuputuskan namaku Betsy
+ Apyun. Apyun.
Aku hasratkan pengalaman mistis.
Aku ingin melukis tubuhmu telanjang.
sambil kuhisap mariyuana.
- Ricky, sayang, engkau akan kuninabobokan.
Dan bagai bayi akan kau puja tetekku.
+ Dari Queens. Dari Brooklyn. Dan dari Manhattan….
- Ricky, sayang, garudaku sayang.
+ Sebab irama combo, sebab buaian saxophone…
- Pejamkan matamu.
Dan bagaikan banyo
mainkanlah aku
(Di Harlem, Manhattan, New York
di mana orang tinggal penuh sesak
di mana udara bau air kencing dan sampah
di musim panas dengan udara sembilan puluh lima drajat
para Negro menari watusi di tepi jalan
dan pada drajat ke seratus dua
terjadi perkelahian antara mereka).
Hallo. Hallo.
Di sini Rick dari Corona.
Dan Betsy juga di sini…
Hallo, Dokter.
Kami harus disuntik sekarang juga.
Kami kena rajasinga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar